Kebahagiaan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kebahagiaan atau kegembiraan adalah suatu keadaan pikiran atau perasaan yang ditandai dengan kesenangan, cinta, kepuasan, kenikmatan, atau kegembiraan. Berbagai pendekatan filsafat, agama, psikologi, dan biologi telah dilakukan untuk mendefinisikan kebahagiaan dan menentukan sumbernya.
Para filsuf dan pemikir agama telah sering mendefinisikan kebahagiaan dalam kaitan dengan kehidupan yang baik dan tidak hanya sekadar sebagai suatu emosi. Definisi ini digunakan untuk menerjemahkan eudaimoniaBahasa Yunani: εὐδαιμονία) dan masih digunakan dalam teori kebaikan. (
Meskipun pengukuran langsung derajat kebahagiaan masih menjadi tantangan, beberapa peneliti telah mengembangkan alat untuk melakukan hal itu, misalnya dengan The Oxford Happiness Questionnaire. Para peneliti juga telah mengidentifikasikan beberapa hal yang berhubungan dengan kebahagiaan: hubungan dan interaksi sosial, status pernikahan, pekerjaan, kesehatan, kebebasan demokrasi, optimisme, keterlibatan religius, penghasilan, serta kedekatan dengan orang-orang bahagia lain.
Ditulis oleh Era Baru | Minggu, 27 Februari 2011 |
Seorang yang matang dapat menggenggam kunci kebahagian ditangannya sendiri, dia tidak mengharapkan orang lain memberinya kebahagiaan, malahan dia akan membawa kebahagian dan kegembiraan kepada orang lain. Minggu pagi seluruh keluarga dengan gembira pergi ke restoran cepat saji menikmati sarapan pagi, saya mendapat tugas berbaris mengantri memesan makanan, suami saya dan anak-anak ke lantai atas mencari tempat duduk, didepan saya hanya ada seorang yang sedang mengantri, didalam hati saya berpikir dalam 5 menit makanan sudah bisa dipesan, tetapi tidak disangka, pelayannya adalah orang baru, selalu membuat kesalahan, saya memandang ke samping kiri kanan saya semuanya sudah bergerak dengan cepat, orang-orang yang lebih lambat datang semuanya sudah mengambil makanan dan meninggalkan tempat itu, tetapi orang yang berdiri didepan saya sama sekali tidak bergerak. Saya mulai tidak sabaran, ketika sudah sampai ke giliran saya, makanan yang saya pesan beberapa jenis sudah tidak ada harus menunggu sekitar 5-6 menit lagi, suami saya juga sudah turun dan berada disamping saya ingin mengetahui apa yang terjadi?, saya menyuruhnya membawa makanan yang sudah tersedia kembali ke lantai atas, saya tetap berdiri menunggu, ketika saya melihat ke jam tangan, dari saya masuk mulai mengantri sampai sekarang sudah menghabiskan waktu 25 menit, sungguh keterlaluan! Saya merasakan denyut jantung saya mulai lebih cepat, benar, ini adalah pertanda emosi saya mulai tidak stabil. Tetapi setelah dipikir kembali hari minggu yang demikian cerah ingin bersama dengan keluarga melewati hari minggu dengan ceria, mana boleh emosi saya dikacaukan oleh seorang pelayan yang belum berpengalaman? Saat itu juga saya memutuskan dengan bijaksana, yaitu menolak semua orang dan lingkungan yang membuat emosi saya tidak stabil, menggenggam sendiri “Kunci kebahagiaan ditangan sendiri.” Ketika tiba giliran saya yang dilayani dan setelah ia berhasil mengambilkan semua pesanan saya, dengan tersenyum cerah saya berkata “terima kasih” lalu dengan gembira membalikkan badan dengan hati yang gembira mencari keluarga saya. Di hati setiap orang ada sebuah kunci kebahagiaan, tetapi kita sering tidak sadar menyerahkan kepada orang lain dan dikuasai oleh orang lain. Seorang perempuan berkata kepada saya, “Hidup saya sangat tidak bahagia, karena suami saya sering ke luar kota.” Dia menyerahkan kunci kebahagiaan ke tangan suaminya, seorang ibu berkata, “Anak saya selalu tidak patuh, saya sangat marah” dia menyerahkan kunci kebahagiaan ke tangan anaknya. Pria sering berkata, “Atasan saya selalu memandang rendah saya, sehingga saya selalu emosional.” Dia menyerahkan kunci kebahagiaan ke tangan atasannya, mertua berkata, “menantu saya tidak sayang kepada saya, nasib saya sungguh malang.” Dia menyerahkan kunci kebahagiaan ke tangan menantunya, pemuda dan pemudi keluar dari toko komputer, “layanan toko ini sungguh jelek, membuat saya emosi.” Semua orang ini telah membuat kesimpulan yang sama yaitu membuat orang lain mengontrol emosi dan suasana hatinya. Ketika kita membiarkan orang lain mengontrol suasana hati dan emosi kita, kita akan merasa kita selalu dirugikan oleh orang lain, membuat kita tidak berdaya, sehingga kita menjadi emosional dan marah-marah, mulai menyalahkan orang lain bahkan mulai berpikir, “saya demikian sengsara, semua ini adalah akibat kesalahan kamu, kamu harus bertanggung jawab atas semua penderitaan saya.” Pada saat ini kita akan melimpahkan semua kesalahan kepada semua orang yang ada disekeliling kita, meminta mereka membuat kita menjadi bahagia. Bahkan kita seolah tidak dapat mengontrol diri kita sendiri, sungguh menyedihkan hanya bisa membiarkan orang lain mengatur hidup kita. Ini adalah jenis orang yang membuat orang lain tidak berani mendekatinya ingin menjauhinya. Seseorang yang matang dia bisa menggenggam kunci kebahagiaan ditangannya sendiri, dia tidak mengharapkan orang lain memberinya kebahagiaan, malahan dia akan membawa kegembiraan dan kebahagiaan kepada orang lain. Emosi dan suasana hatinya selalu stabil, bertanggung jawab kepada diri sendiri, bergaul dengan jenis orang ini adalah sebuah kebahagiaan bukan tekanan. Dimanakah kunci kebahagiaanmu? Ditangan orang lainkah? Cepatlah pergi mengambilnya kembali ! (Erabaru/hui) |
Foto oleh Pensiero
Apa kabar para pembaca sekalian? Senang rasanya anda masih tetap membaca artikel-artikel dari AkuInginSukses.com ….. terima kasih. Bagi yang baru pertama kali mengunjungi situs ini, saya ucapkan selamat datang.
Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas topik tentang kebahagiaan. Saya akan mencoba mensharingkan pemikiran-pemikiran saya tentang kebahagiaan kepada para pembaca sekalian. Mudah-mudahan bermanfaat.
Bagi saya, kebahagiaan adalah sebuah perasaan yang positif dan menggairahkan, yang setiap manusia bisa rasakan dari hatinya yang terdalam. Banyak orang berusaha mencari kebahagiaan di tempat-tempat yang salah dan justru berakhir dengan kehidupannya yang jauh lebih menderita dari sebelumnya.
Mengapa hal ini bisa terjadi? … Ini karena kita mencarinya diluar diri kita. Kita mengharapkan sesuatu atau seseorang memberikan perasaan bahagia tersebut pada kita.
Seorang bijak bernama Rumi suatu saat pernah berkata, ”Kita mencari kalung permata dari ruangan ke ruangan yang sebetulnya ada di leher kita sendiri.” Ini pun sama ketika kita berusaha mencari kebahagiaan. Kita mencarinya ”kemana-mana”, dan kita tidak pernah dengan persis mengetahui dimana kebahagiaan tersebut berasal.
Saya rasa anda semua setuju bahwa kebahagiaan tidak tergantung dari hal-hal yang berbau materialisme, seperti : mengendarai mobil mewah atau memiliki jabatan/gelar yang prestisius (meskipun hal-hal tersebut dapat membawa kesenangan pada hidup anda).
Kebahagiaan pun tidak tergantung pada orang lain, seperti anda memiliki orang-orang yang penting di dalam hidup anda (meskipun cinta kasih dan kehadiran orang-orang tersebut dapat menambah keceriaan).
Kebahagiaan pun tidak tergantung pada sesuatu hal yang terjadi, sebagai contoh : jika anda tetap tinggal di tempat, akan menjadi baik dan jika anda pergi meninggalkan tempat, akan menjadi tidak baik.
Kebahagiaan bukan untuk ditemukan di mana-mana di dunia luar.
Hambatan terbesar untuk kita bahagia adalah pemikiran yang keliru dari kita sendiri. Sebagai contoh : pemikiran tentang seseorang atau sesuatu yang membuat anda bahagia. Mungkin anda merasakan keceriaan dari seseorang atau sesuatu tersebut, tetapi kebahagiaan tersebut sebetulnya adalah semu dan sementara. Ketika anda tidak bersama seseorang atau sesuatu tersebut, keceriaan itu akan pergi juga bersamanya.
Saya akan memberikan sedikit ilustrasi untuk menjelaskan.
Apa ya kira-kira …. hmm….,
O ya ini saja : Anda pernah merasakan patah hati? Saya rasa sebagian besar pasti pernah mengalaminya. Biasanya apa yang orang-orang lakukan ketika mereka patah hati (termasuk saya tentu saja )? Saya waktu itu pergi ke kos/rumah teman dan mengajaknya untuk mengobrol, bermain dan pergi ke suatu tempat. Lupalah kesedihan saya waktu itu. Saya begitu gembiranya bersama teman-teman. Namun ketika saya kembali ke rumah dan sendiri, perasaan sedih saya kembali menyelimuti.
Sebetulnya tidak ada yang salah jika anda pun melakukan hal yang sama seperti yang saya lakukan. Namun yang ingin saya tekankan disini adalah : Dimana sebetulnya seseorang dapat menemukan kebahagiaan?
Berhentilah mencari keluar apa yang sebetulnya bisa anda temukan di dalam diri anda. Buatlah keputusan untuk berbahagia.
Oke, biar saya ulangi sekali lagi :
Kebahagiaan bergantung pada keputusan anda sendiri untuk bahagia.
Jadi kebahagiaan adalah suatu keputusan. Kapan saja, dimana saja anda dapat memutuskan untuk berbahagia atau tidak.
Oke, dibawah ini adalah sebuah aklamasi. Saya mengutipnya dari sebuah artikel luar beberapa waktu yang lalu. Cukup bagus aklamasinya. Anda bisa mengulangi dan membacanya dengan suara lantang:
Saya, {nama anda}, memutuskan untuk berbahagia saat ini, tanpa menghiraukan cuaca, orang lain, dunia atau apapun yang terjadi pada saya.
Saya dengan yakin mengetahui bahwa Tuhan telah memberikan hak kepada saya untuk berbahagia.
Karenanya, saya mengklaim bahwa kebahagiaan adalah milik saya dan saya adalah milik kebahagiaan.
0 Response to "Kebahagiaan"
Posting Komentar
like it :))