Dongeng Garam dan Kebahagiaan Hidup

“Kapankah ? Anda paling puas tertawa ?” atau “Kapan saatnya anda merasakan paling berbahagia dalam hidup ini ?” Brangkali inilah dua pertanyaan yang paling sulit kita jawab. Seorang teman sejawat Mpu Peniti, juga merasakan hal yang sama. Ia tidak lagi sanggup mengingat saat-saat itu didalam kehidupannya. Ia telah lupa apa rasanya senang. Lupa kapan ia terakhir bahagia. Begitu ceritanya.

Ilustrasi/Admin (shutterstock)
Ilustrasi/Admin (shutterstock)


Teman Mpu Peniti, baru saja merayakan ulang tahun-nya yang ke 70 puluh. Ia memiliki segalanya. Kaya raya itu istilahnya. Rumah sangat besar di Jakarta. Beberapa villa dan condo, di Bali, Eropa, Singapura dan Amerika. Mobil lebih dari hitungan jari jumlahnya. Ketika usia muda, karirnya sangat sukses. Ia berhasil menaklukan dunia. Begitu sebagian orang memuji sukses hidupnya. Belum lama ini, seorang anaknya terkena kasus dan masuk penjara. Ia mengerahkan begitu banyak uang untuk mengeluarkan anaknya dari penjara. Namun jaman sudah beda. Anaknya tetap dipenjara. Saat itulah hidupnya terguncang hebat. Ia minta Mpu Peniti memberikan ia ketentraman jiwa.
Lebih lanjut ia bercerita bahwa, ketika ia merasa tidak berdaya mengeluarkan anaknya dari penjara, tiba tiba saja ia mulai menghitung balik kehidupannya. Ia menikah 2 kali dalam kehidupannya. Istrinya yang pertama meninggal dalam usia muda, karena sebuah kecelakaan. Ia tidak mendapat anak dari istri pertamanya. Hanya satu anaknya yang kemudian memberikan ia cucu. Dua anaknya yang lain bercerai, dan belum memiliki anak. Anaknya yang bungsu telah menikah lebih dari sepuluh tahun juga tidak memiliki anak. Semua anak-anaknya tidak ada satupun yang meniru dia, dan memiliki karir yang spektakuler. Ketika ia menghitung balik kehidupannya, ia merasakan seribu lubang ketidak bahagian. Ia merasakan kehampaan yang sangat besar, seolah hampir menelan seluruh hidupnya. Saat yang sama ia merasa lupa pada kebahagiaan.
Pernah sekali disaat saya mengalami pengalaman yang mirip. Mpu Peniti menuturkan sebuah dongeng kecil kepada saya. Konon dongeng ini berawal dari Rusia. Alkisah ada seorang raja, yang memiliki 3 orang puteri yang sangat cantik. Sang raja memiliki satu pusaka kerajaan yang ia ingin wariskan kepada salah satu puterinya. Namun ia binggung memilih. Maka ia pun membuat sebuah sayembara kecil. Kepada ketiga puterinya ia bertanya, siapakah diantara ketiganya yang paling mencintai sang raja ? Sedalam apakah sang puteri mencintainya ? Ketiga putrinya diberi waktu seminggu untuk berpikir.
Ketika hari sayembara tiba. Puteri sulung dengan berbinar-binar, mengatakan ia sangat mencintai ayahnya ibaratnya setinggi langit dan sedalam laut yang biru. Tidak terukur dan dipenuhi dengan keindahan bintang dan ikan-ikan. Raja sangat puas dan tersenyum bahagia. Giliran puteri yang kedua, ia bertutur mencintai ayahnya ibarat emas dan batu permata. Berkilau dan tidak ternilai harganya. Kembali raja tersenyum puas. Ketika tiba giliran puteri bungsu, dengan polosnya, ia mengatakan cinta kepada ayahnya ibarat garam. Raja kaget. Marah dan merasa terhina. Ia lalu mengusir sang bungsu. Puteri bungsu menjadi sangat sedih dan pergi dari kerajaan. Konon kesedihan sang puteri bungsu mengusik dewa dewi dikahyangan. Malam itu semua garam yang ada di kerajaan berubah menjadi air, emas dan permata. Esok harinya seluruh kerajaan gempar, dan rajapun baru mengerti arti cinta sesungguhnya dari sang putri bungsunya. Tetapi semuanya sudah terlambat.
Kata Mpu Peniti, kebahagian itu mirip garam. Kita tidak pernah merasakan nikmatnya, sampai pada saat kita butuh. Garam harus hadir dalam dosis yang pas. Terlalu sedikit tidak akan membuat makanan menjadi enak. Terlalu banyak, makanan menjadi sangat asin dan tidak akan bisa dimakan. Garam adalah ibarat bandul yang membuat hidup kita pas dan dinamis. Dan bukan sebaliknya. Bukan kebahagian dan kesenangan yang membuat hidup kita apik sentosa. Tetapi hidup dalam takaran yang pas yang akan menghadirkan kebahagian dan kesenangan. Membuat keseimbangan itu didalam hidup kita adalah kebahagian hidup yang sesungguhnya.
Aksara hati dalam bahasa Mandarin, berbunyi “Xin”. Memiliki 2 simbol yang menyerupai telapak tangan yang bertemu ditengah dada. Seperti kita memberi salam. Dan sebuah symbol yang menyerupai perahu. Aksara ini menyiratkan konsep kesimbangan yang membentuk harmoni kebahagian didalam kehidupan kita. Kata Mpu Peniti, sumber kebahagian adalah hati kita. Yang menjadi muara dari semua ilmu yang kita pelajari, semua pengalaman yang kita jalani, dan harta yang kita miliki. Tajam mengasah suara hati, maka tajam pula naluri kita. Disaat kita lebih banyak membuat kebaikan dan kebajikan, maka kebahagian mirip sebuah tabungan yang nilainya semakin bertambah.
Hampir selama 20 tahun lebih, Mpu Peniti mengajarkan saya agar rendah hati menjadi garam kehidupan yang sesungguhnya. Nasi hanya berlauk sepotong ikan asin, kadang bias menjadi hidangan yang paling enak. Melihat fajar terbit, seringkali menjadi kabahagian yang luar biasa karena bisa menjadi saksi keindahan alam. Kebahagian hidup ada disekeliling kita dan begitu banyak dalam bentuk kerikil-kerikil kecil. Tinggal kita rajin menyentuhnya tiap hari, maka kebahagian tidak akan pernah terlupakan lagi. Ia ada selalu disekeliling kita. Bertaburan dan memberi nilai pada setiap detik kehidupan yang kita alami.



0 Response to "Dongeng Garam dan Kebahagiaan Hidup"

Posting Komentar

like it :))

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme